Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
Tanah sangat vital
peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus
sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi
akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan
bergerak.
Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun
tanah sendiri juga dapat tererosi.
Komposisi tanah
berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udaramerupakan
bagian dari tanah.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah
dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang
unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan
atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap
horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Hans Jenny (1899-1992),
seorang pakar tanah asal Swiss yang
bekerja di Amerika
Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk
yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima
faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan
yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang
ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan
kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen.
Tubuh tanah terbentuk dari
campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral
terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik
(organosol/humosol) terbentuk
dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna
hitam dan merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak
dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung
beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan
makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang)
sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi
sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah
capaian optimum.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian
ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu),
dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh
lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal
sebagai geluh (loam).
Warna tanah merupakan ciri
utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai
dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu,
tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai
akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna
hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi,
baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap
juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi
teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi
proses kimia pembentukannya. Suasanaaerobik/oksidatif menghasilkan
warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa
pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi[1].
Struktur tanah merupakan
karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir)
tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase
cair, dan fase gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur
tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat
disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila
pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil
(mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup
besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat
apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
Pencemaran tanah terjadi
akibat masuknya benda asing (misalnya senyawa kimia buatan manusia) ke tanah
dan mengubah suasana/lingkungan asli tanah sehingga terjadi penurunan kualitas
tanah. Pencemaran dapat terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia,
atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara sembarangan (illegal dumping).
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada
dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan
biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen
dan tanah (soil). Kiranya penting untuk ketahui bahwa proses pelapukan akan
menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian
menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik.
Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral
baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai
komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah
tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi
oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis
pembentukan tanah itu sendiri.
Di alam pada umumnya ke
tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu bekerja bersama-sama,
namun salah satu di antaranya mungkin lebih dominan dibandingkan dengan
lainnya. Walaupun di alam proses kimia memegang peran yang terpenting dalam
pelapukan, tidak berarti pelapukan jenis lain tidakpenting. Berdasarkan pada
proses yang dominan inilah maka pelapukan batuan dapat dibagi menjadi pelapukan
fisik, kimia dan biologis. Pelapukan merupakan proses proses
alami yang menghancurkan batuan menjadi tanah. Jenis pelapukan:
·
Pelapukan biologi: merupakan pelapukan yang disebabkan
oleh makhluk hidup. contoh: tumbuhnya lumut
·
Pelapukan fisika: merupakan pelapukan yang disebabkan
oleh perubahan suhu atau iklim .contoh : perubahan cuaca
·
Pelapukan kimia: merupakan pelapukan yang disebabkan
oleh tercampurnya batuan dengan zat - zat kimia . contoh: tercampurnya batu
oleh limbah pabrik yang mengandung bahan kimia
Dalam kehidupan
sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi. batu kecil yang terus ditetesi oleh air hujan maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah. peristiwa itu sering disebut dengan pelapukan fisika. batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan hancur. peristiwa tersebut sering
disebut pelapukan biologi.Dan masih
banyak lagi contoh-contoh pelapukan.
1. Tanah
Vulkanis
a. Tanah Andosol
·
Proses
terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
·
Ciri-ciri
: warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
·
Pemanfaatannya
: sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
·
Persebaran
: Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
andosol
b. Tanah Regosol
·
Proses
terbentuknya : dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar
·
Ciri-ciri
: berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah
·
Pemanfaatannya
: untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa
·
Persebaran
: di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara
c. Tanah Aluvial
(Tanah Endapan)
·
Proses
terbentuknya : tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah
dataran rendah
·
Ciri-ciri
: warna kelabu dan peka terhadap erosi
·
Pemanfaatannya
: sebagai lahan pertanian sawah dan palawija
·
Persebaran
: Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan,
Sulawesi dan Papua bagian selatan
a. Tanah Humus
·
Proses
terbentuknya : dari hasil pembusukan bahan-bahan organik
·
Ciri-ciri
: warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur
·
Pemanfaatannya
: sebagai lahan pertanian
·
Persebaran
: Lampung, Jawa Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara
Organosol
b. Tanah Gambut
·
Proses
terbentuknya : dari hasil pembusukan tumbuhan / bahan organik di daerah yang
selalu tergenang air (rawa-rawa)
·
Ciri-ciri
: bersifat sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur
·
Pemanfaatannya
: untuk pertanian pasang surut
·
Persebaran
: Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua, Pantai
Selatan
Tanah Gambut
3. Tanah
Litosol (tanah berbatu-batu)
·
Proses
terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum
sempurna) sehingga butirannya besar / kasar
·
Ciri-ciri
: tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur,
warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi
·
Pemanfaatannya
: masih alang-alang, bisa untuk hutan
·
Persebaran
: Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatera
4. Tanah Podzol
·
Proses
terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi
·
Ciri-ciri
: warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap
erosi, kurang subur
·
Pemanfaatannya
: untuk pertanian palawija
·
Persebaran
: Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Papua
Podsol
5. Tanah
Laterit
·
Proses
terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang
meresap dan mengalir ke dalam tanah
·
Ciri-ciri
: warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur
·
Pemanfaatannya
: untuk lahan pertanian
·
Persebaran
: Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara
6. Tanah Mergel
·
Proses
terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena
peristiwa air hujan
·
Ciri-ciri
: tidak subur
·
Pemanfaatannya
: untuk hujan jati
·
Persebaran
: Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa
Tengah, Kediri, Madiun, Nusa Tenggara
7. Tanah
Terarosa (Kapur)
a. Tanah Renzina
·
Proses
terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan
tinggi
·
Ciri-ciri
: warna putih sampai hitam, miskin unsur hara
·
Pemanfaatannya
: untuk palawija, hutan jati
·
Persebaran
: Gunung kidul , Yogyakarta
Terarosa
b. Tanah Mediteran
·
Proses
terbentuknya : hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen
·
Ciri-ciri
: Warna putih kecoklatan, keras, tidak subur
·
Pemanfaatannya
: untuk pertanian tegalan, hutan jati
·
Persebaran
: Pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, Sumatera
Ciri-ciri tanah
di Indonesia:
·
Banyak
mengandung unsur hara
·
Struktur
tanahnya baik, artinya susunan butir-butir tanah tidak terlalu padat dan tidak
terlalu lenggang
·
Cukup
mengandung air yang berguna untuk melarutkan unsur hara
·
Mempunyai
garam-garaman dalam jumlah banyak
Upaya untuk
melestarikan sumber daya tanah:
·
Pemupukan
diusahakan dengan pupuk hijau / pupuk kandang / pupuk kompos
·
Dibuat
hutan-hutan cadangan pada lereng-lereng gunung
·
Membuat
terassering / sengkedan di daerah-daerah miring
·
Membuat
penghijauan dan reboisasi pada daerah yang gundul, dan sebagainya.
Reboisasi
Batuan sedimen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Batu kapur, jenis umum batuan endapan
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga
kelompok utamabatuan (bersama
dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang
terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik;
dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan
meliputi 75% dari permukaan bumi.
Batuan sedimen (batuan
endapan) adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan materi hasil erosi.
Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi
terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada
juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-macam seperti terdorong
(traction), terbawa secara melompat-lompat (saltion), terbawa dalam bentuk
suspensi, dan ada pula yang larut (salution). Klasifikasi lebiih lanjut seperti
berikut:
·
Berdasarkan proses pengendapannya
·
batuan sedimen klastik (dari pecahan pecahan batuan
sebelumnya)
·
batuan sedimen kimiawi (dari proses kimia)
·
batuan sedimen organik (pengedapan dari bahan organik)
·
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut
·
batuan sedimen aerik (udara)
·
batuan sedimen aquatik (air sungai)
·
batuan sedimen marin (laut)
·
batuan sedimen glastik (gletser)
·
Berdasarkan tempat endapannya
·
batuan sedimen limnik (rawa)
·
batuan sedimen fluvial (sungai)
·
batuan sedimen marine (laut)
·
batuan sedimen teistrik (darat)
Penamaan batuan sedimen
biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut. Penamaan tersebut
adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung.
·
Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih
besar dari 2 mm dengan bentuk butitan yang bersudut
·
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir
lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membudar
·
Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir
antara 2 mm sampai 1/16 mm
·
Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir
antara 1/16 mm sampai 1/256 mm
·
Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir
lebih kecil dari 1/256 mm
Batuan beku
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Contoh batuan beku; jalur yang berwarna lebih muda menunjukkan
arah aliran
Batuan beku atau batuan
igneus (dari Bahasa Latin: ignis,
"api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi
oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunantekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari
700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi.
Menurut para ahli seperti Turner dan
Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai
cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi
antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada
kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang
larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan
lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas)
yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan
suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk.
Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan
penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri
yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Dalam mengidentifikasi batuan beku,
sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat
fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik
batuan beku tidak akan lepas dari
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan
atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan
antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari
batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya
ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
Kristalinitas[]
Kristalinitas adalah derajat
kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut.
Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang
berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat
mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya
berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya
berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga
kelas derajat kristalisasi, yaitu:
·
Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang
telah membeku di dekat permukaan.
·
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
·
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
Granularitas[]
Granularitas didefinisikan sebagai
besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok
tekstur ukuran butir, yaitu:
Fanerik/fanerokristalin[]
Besar kristal-kristal dari golongan ini
dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa.
Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
·
Halus (fine), apabila ukuran diameter
butir kurang dari 1 mm.
·
Sedang (medium), apabila ukuran
diameter butir antara 1 – 5 mm.
·
Kasar (coarse), apabila ukuran diameter
butir antara 5 – 30 mm.
·
Sangat kasar (very coarse), apabila
ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
Afanitik[]
Besar kristal-kristal dari golongan ini
tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop.
Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau
keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:
·
Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan
bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
·
Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk
diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01
– 0,002 mm.
Bentuk
Kristal[]
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu
kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari
pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
·
Euhedral, apabila batas dari mineral
adalah bentuk asli dari bidang kristal.
·
Subhedral, apabila sebagian dari batas
kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
·
Anhedral, apabila mineral sudah tidak
mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi,
dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
·
Equidimensional, apabila bentuk kristal
ketiga dimensinya sama panjang.
·
Tabular, apabila bentuk kristal dua
dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
·
Prismitik, apabila bentuk kristal satu
dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
·
Irregular, apabila bentuk kristal tidak
teratur.
Hubungan
Antar Kristal[]
Hubungan antar kristal atau disebut
juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu
dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi
menjadi dua,
Equigranular[]
Yaitu apabila secara relatif ukuran
kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan
kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
·
Panidiomorfik granular, yaitu apabila
sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
·
Hipidiomorfik granular, yaitu apabila
sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
·
Allotriomorfik granular, yaitu apabila
sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
Inequigranular[]
Yaitu apabila ukuran butir kristalnya
sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris
dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau
gelas.
Struktur adalah kenampakan batuan
secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan
batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan
saja, misalnya:
·
Pillow lava atau lava bantal, yaitu
struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur
seperti bantal.
·
Joint struktur, merupakan struktur yang
ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah
aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand
speciment sample), yaitu:
·
Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan
adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan
tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
·
Vesikuler, yaitu struktur yang
berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma.
Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
·
Skoria, yaitu struktur yang sama dengan
struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang
tidak teratur.
·
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana
lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral
silikat atau karbonat.
·
Xenolitis, yaitu struktur yang
memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang
mengintrusi.
·
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur
(masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh
kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar
joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).
Untuk menentukan komposisi mineral pada
batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas
dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
·
Mineral felsik, yaitu mineral yang
berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid
dan muskovit.
·
Mineral mafik, yaitu mineral yang
berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Batuan beku dapat diklasifikasikan
berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian
dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang
sama, menurut dasar klasifikasinya.
Klasifikasi
berdasarkan cara terjadinya[]
Menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan
beku dibagi menjadi:
·
Effusive rock, untuk batuan beku yang
terbentuk di permukaan.
·
Dike rock, untuk batuan beku yang
terbentuk dekat permukaan.
·
Deep seated rock, untuk batuan beku
yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut
plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
Klasifikasi
berdasarkan kandungan SiO2[]
Menurut (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
·
Batuan beku asam, apabila kandungan
SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
·
Batuan beku intermediate, apabila
kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit.
·
Batuan beku basa, apabila kandungan
SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit.
·
Batuan beku ultra basa, apabila
kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi
berdasarkan indeks warna[]
Menurut ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
·
Leucoctaris rock, apabila mengandung
kurang dari 30% mineral mafik.
·
Mesococtik rock, apabila mengandung 30%
- 60% mineral mafik.
·
Melanocractik rock, apabila mengandung
lebih dari 60% mineral mafik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948)
juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
·
Holofelsic, untuk batuan beku dengan
indeks warna kurang dari 10%.
·
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks
warna 10% sampai 40%.
·
Mafelsic, untuk batuan beku dengan
indeks warna 40% sampai 70%.
·
Mafik, untuk batuan beku dengan indeks
warna lebih dari 70%.
Batuan beku dibedakan menjadi 3
yaitu :
1. Batuan beku dalam,contohnya : Batu granit.
2. Batuan beku gang/ tengah,contohnya : Granit porfir
3. Batuan beku luar,contohnya : Batu andesit
Batuan metamorf
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kuarsit, salah satu jenis batuan metamorf
Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang
dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dantekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika
dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan
metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu
sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar
dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies
metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah
permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan
suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma,
ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan
batuan yang bersuhu tinggi.
Penelitian batuan metamorf (saat ini
tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga
mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi
berikut ini.
a. Batuan Metamorf Kontak
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai
akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi (sebagai akibat dari aktivitas
magma). Adanya suhu yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya perubahan bentuk
maupun warna batuan. Contohnya batu kapur (gamping) menjadi marmer.
b. Batuan Metamorf Dinamo
Batuan yang mengalami metamorfose
sebagai akibat dari adanya tekanan yang tinggi (berasal dari tenaga endogen)
dalam waktu yang lama. Contohnya batu lumpur (mud stone) menjzdi batu tulis
(slate). Batuan ini banyak dijumpai di daerah patahan atau lipatan.
c. Batuan Metamorf Kontak
Pneumatolistis
Batuan yang mengalami metamorfose
sebagai akibat dari adanya pengaruh gas-gas yang ada pada magma. Contohnya
kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas.
No comments:
Post a Comment